Pengantar dari Ikhwan Sopa
MENDENGAR SAMA PENTINGNYA DENGAN BERBICARA
Menjadi pembicara yang baik, bukanlah hanya menjadi pembicara yang terus berbicara dan lupa mendengar. Dengan hanya berbicara dan tidak mendengar, seorang pembicara hanya akan menjadi pembicara yang membosankan dan arogan. Pembicara seperti itu hanya akan menjadi corong, tape recorder dan sekaligus audio player. Pembicara seperti ini, biasanya adalah pembicara yang terjebak dalam krisis “flight or fight”, kurang persiapan atau percaya dirinya runtuh dan pridenya jatuh. Mendengar, adalah bagian tak terpisahkan dari suatu sesi bicara. Mendangarlah yang membuat sebuah sesi bicara menjadi hidup dan tak redup. Mendengar adalah elemen penting yang menjadi sebuah sesi bicara dingat dan dikenang, sebuah sesi bicara yang membawa manfaat dan mencerahkan. Dalam uraian berikut ini, ada beberapa kutipan penting dari orang-orang yang penting. Saya menambahkannya dengan satu hal, yaitu peringatan Rasulullah SAW: Bicara Baik atau Diam. Bicaralah yang baik dengan cara yang baik, atau diam. Mengutip Gde Prama: Speak Good, or Be Silent. Ini memang benar. Jika kita bicara baik dengan cara yang baik, maka orang akan mendengarkan. Jika tidak, kitalah yang semestinya mendengar. Dengan ini, sebuah sesi pembicaraan akan menjadi transaksi dan pertukaran yang sehat dan menyehatkan. Sekali lagi, Anda mungkin perlu membaca artikel kendala mendengar ini: http://www.indodigest.com/indonesia-special-article-48.html Dan ingatlah, mendengar dengan efektif jauh lebih sulit daripada berbicara. Jika Anda pembicara, belajarlah mendengar. Sebab mendengar sama pentingnya dengan berbicara. Menurut pakar, pembicara terbaik adalah pendengar terbaik. —
ANDA BUKAN LUPA MELAINKAN TIDAK MENDENGAR “Dr. Oscar yang baik. Apa yang terjadi pada diri Saya? Seseorang memperkenalkan diri kepada Saya. Saya memperkenalkan diri Saya. lalu tiba-tiba Saya tidak bisa mengingat lagi namanya! Apa yang terjadi?” Saya mengatakan, “Sederhana saja, Anda tidak lupa dengan nama mereka. Anda hanya tidak pernah mendengarkannya dengan seksama sejak awal bicara. Anda hanya berfokus pada diri sendiri, dan bukan pada orang lain.”
GESER FOKUS DARI DIRI SENDIRI KE ORANG LAIN Ada ungkapan Zen yang mengatakan, “Untuk bisa meliat gambar, Anda harus keluar dari gambar.” Ingat, Anda berada di tengah-tengah gambaran diri Anda sendiri. Bagaimakah cara yang paling tepat untuk bergeser sehingga bisa berfokus pada orang lain? Psikolog besar, Carl Rogers mengatakan, “Mendengar adalah kekuatan terbesar yang dikenal manusia untuk membebaskan potensi dari diri orang lain. Komunikasi yang nyata hanya terjadi bila kita mendengaruntuk mengerti dan memahami. Untuk melihat ide dan sikap dari kacamata orang lain. Inilah kunci untuk menjadi master motivator dan persuader.” Stephen Covey si pengarang “Seven Habits” itu mengungkapkan, “most people do not listen with the intent to understand; they listen with the intent to reply”. Mendengar dengan lebih baik secara nyata akan membuka kemungkinan munculnya berbagai peluang baru. Dale Carnegie, pakar berpikir positif, mengatakan “Anda bisa menciptakan lebih banyak teman baru dalam dua bulan, dengan menumbuhkan rasa tertarik dan keinginan mendengar dari mereka, ketimbang berusaha keras selama dua tahun, untuk mencoba menarik perhatian orang lain.” Selama lebih dari 40 tahu pengalaman Saya sebagai trainer komunikasi, Saya belajar bahwa hidup yang sukses dan berbahagia sangat ditentukan oleh hubungan antar personal. Dan dalam konteks itu, tidak ada yang lebih besar dampaknya daripada keinginan untuk mendengarkan.
MENDENGAR ADALAH SENI YANG TERLUPAKAN Bukankah fenomena ini unik: Seseorang yang sudah tahu berbagai jawaban sebelum pertanyaan diajukan? Orang ini adalah orang yang “almugada” — “apa lu mau gua ada”. Dari segi negatifnya, ini menunjukkan kenyataan bahwa banyak sekali orang yang mendengar tidak untuk tujuan memahami dan mengerti. mereka mendngar hanya untuk bisa membalas percakapan. Jika saatnya kita harus mendengar. Dengar! Itu saja, dan jangan dulu berpikir tentang me-reply, sampai apa yang didengar selesai terlaksana. Pembicara “almugada” tidak menjadikan ke”almugada”annya untuk memborong sesi bicara. Ke”almugada”annya adalah bagian dari persiapan dan antisipasi, yang hanya akan dikeluarkan dari gudangnya, saat ia memang diperlukan. Selebihnya, pembicara itu, hanya akan bicara dengan baik: atau diam.
BUATLAH AUDIENCE MERASA DIMENGERTI Ada sebentuk latihan, namanya “uji persepsi”. Cobalah dengan teman atau orang lain yan Anda percaya. Orang I Mulailah berbicara tantang suatu topik dengan 4 atau 5 kalimat. Orang II Saat orang I berhenti bicara, ulangi apa yang menurut orang II dibicarakan oleh orang I. Mulailah dengan frasa seperti ini: “Saya ingin meyakinkan bahwa Saya mengerti yang Anda bicarakan.” atau “Jika Saya tidak salah mendengar, Anda mengatakan…” “Apa yang Anda katakan menurut Saya adalah…” Frasa dengan paraphrasing semacam itu akan sarat dengan makna. Orang akan menyukai seseorang yang bisa membuat mereka merasa spesial. Mendengarkan orang lain, akan membuat orang lain itu merasa spesial. Sebab, ini akan menunjukkan bahwa Anda tertarik padanya. Kesimpulannya. Bicaralah kepada audience. Bicaralah kepada mereka dengan baik. Atau, diam dan dengarkan mereka. Dengarkanlah dengan seksama. Dengarkanlah dan mengertlah mereka. Dengar mereka, dan jadikanlah audience orang-orang yang istimewa. Maka Anda akan jadi pembicara yang sangat istimewa.
Terjemahan bebas dari materi oleh: Oscar Bruce Pakar Komunikasi Dicopy dari: milis-bicara.blogspot.com *******
|