Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya punya pertanyaan untuk Anda: apakah saat harus berbicara di depan orang banyak, Anda pernah mengalami minimal salah satu dari hal berikut ini:
- Tiba-tiba blank dan lupa mau bicara apa
- Gemetar pada tangan, kaki, atau bagian tubuh yang lain
- Gagap (stuttering)
- Jantung berdebar hebat
- Perut merasa tidak nyaman
Saya percaya Anda pernah mengalaminya minimal sekali dalam hidup Anda, karena saya pun pernah mengalaminya, tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Tentunya Anda jadi penasaran apa sebenarnya yang membuat hal tersebut bisa terjadi.
Survei di Amerika melaporkan bahwa orang yang takut public speaking lebih banyak dibandingkan yang takut mati. Dan sebuah penelitian psikologi di negara yang sama menunjukan 75% manusia mengalami ketidaknyamanan dari derajat ringan hingga parah, ketika harus berbicara di depan orang banyak.
Sebenarnya, gugup dan takut adalah mekanisme pertahanan diri kita dari ancaman. Jika Anda ingin tahu bagaimana fisiologi tubuh saat merasa terancam, silahkan lanjutkan ke skenario di bawah ini.
“Bayangkan seorang gadis manis sedang berjalan santai di kompleks perumahan, tiba-tiba di depannya tampak seekor anjing besar yang mengeram dan pamer taring, tampak siap menerkam. Gadis tersebut jadi siaga. Jantungnya berdetak kencang, tekanan darah meningkat, pupil melebar, otot di kaki siap untuk lari. Tidak perlu menunggu sedetik, gadis tersebut langsung lari menyelamatkan diri. Seperti dugaan, ternyata anjing tersebut memang mengejar si gadis. Di ujung jalan, si gadis menemui jalan buntu yang dibatasi oleh dinding bata setinggi 1,5 meter. Tanpa berpikir, gadis tersebut melompati dinding tersebut dan berhasil lolos dari kejaran anjing galak. Si gadis kaget karena mampu melompati dinding setinggi itu. Yang dalam kondisi normal, tidak mungkin bisa dilompatinya.”
Apa yang terjadi pada skenario di atas? Yang terjadi adalah otak si gadis manis merespons ancaman anjing galak dengan aktivasi persarafan simpatis (fight or flight response). Jika teraktivasi, respons ini akan membuat tubuh siap untuk menghadapi ancaman, dengan bertarung (fight) atau lari (flight). Respons ini sangat berharga untuk melindungi manusia dari ancaman. Bayangkan kalau gadis manis tadi tidak memiliki respons ini dan kemudian bersikap santai saja ketika melihat anjing galak, mungkin dia sudah jadi snack.
Oke, mungkin Anda jadi punya pertanyaan baru. Kalau anjing galak, sudah jelas, bisa mengancam nyawa. Bahayanya konkret. Lalu kenapa public speaking yang sebenarnya ancamannya tidak nyata juga menimbulkan respons yang mirip, yaitu fight or flight response.
Inilah letak keunikan manusia. Sebagai makhluk sosial dan cerdas, manusia mampu memproses hal abstrak seperti interaksi sosial, penolakan, harga diri, dan ketakutan untuk hal abstrak seperti public speaking. Ada beberapa sumber ketakutan kita saat harus melakukan pidato (speech) di depan orang banyak, di antaranya adalah:
- Takut dinilai
- Takut salah/ gagal
- Takut memalukan
- Takut tidak puas (perfeksionis)
- Takut pada hal yang tidak bisa diprediksi
Lalu apakah ketakutan ini tidak nyata? Kalau kita melakukan pemeriksaan functional magnetic resonance imaging (fMRI), maka aktivitas otak yang sedang ketakutan dan gugup saat public speaking akan nampak sama dengan aktivitas otak saat menghadapi hal nyata. Misalnya ketika bertemu anjing galak.
Hal ini bisa terjadi karena otak mempersepsikan public speaking sebagai hal yang mengancam dan menyeramkan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, jika tubuh merasa terancam, maka otak memerintahkan tubuh menjaga siaga (arousal state). Kondisi ini membuat seluruh tubuh kita siap “dipakai” untuk menghadapi tantangan yang akan dihadapi kemudian. Hasilnya, jika kita mampu mengendalikan respons “fight or flight” ini, dan mengubahnya menjadi energi antusias. Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi rasa takut dan gugup tersebut?
Persiapan matang adalah kuncinya. Jika Anda ingin tahu apa, saya akan bagikan persiapannya:
- Persiapan materi
Tidak dapat dipungkiri bahwa materi adalah tulang punggung dari sebuah presentasi yang Anda lakukan. Sebelum menyusun materi, ada baiknya Anda menentukan dulu apa tujuan dan target yang Anda inginkan.
Sebagai seorang pembicara Anda punya hak dan otoritas untuk mengendalikan kondisi pikiran audiens Anda. Jika Anda bertujuan ingin terlihat kredibel dan pintar, Anda bisa tampilkan lebih banyak data dan statistik, dan tingkatkan kecepatan bicara Anda dalam presentasi. Semuanya kembali lagi pada apa rencana Anda untuk audiens. Secara umum pidato akan berkesan jika mengandung komponen humor, story telling, dan ajakan bagi audiens untuk bertindak.
- Persiapan diri
Idealnya waktu latihan Anda dalam menyampaikan pidato adalah minimal 50% dari waktu persiapan total yang Anda miliki. Jika Anda sama sekali belum pernah melakukan pidato dengan topik atau audiens yang serupa, maka persiapan yang dialokasikan sebaiknya lebih banyak. Misalnya Anda punya waktu 4 hari untuk mempersiapkan diri. Maka maksimal dalam 2 hari, materi sudah harus selesai. Dua hari sisanya bisa Anda gunakan untuk latihan. Semakin banyak waktu yang Anda investasikan untuk berlatih, maka semakin baik performa Anda pada saat tampil nanti. Dalam latihan, ada baiknya juga untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dalam pidato Anda dan pikirkan solusinya. Anda perlu selalu siapkan “Plan B”, karena bisa jadi “Plan A” tidak sesuai dengan harapan.
- Mencari informasi mengenai audiens
Dengan mengetahui background dan informasi mengenai audiens, maka Anda akan menjadi lebih nyaman dan percaya diri saat tampil. Selain itu Anda pun jadi tahu apa saja persiapan yang perlu Anda lakukan, baik secara materi ataupun metode yang digunakan.
- Latihan mental.
Teknik ini biasanya digunakan oleh atlet olimpiade sebelum bertanding. Dan memang penelitian ilmiah membuktikan bahwa latihan mental memiliki dampak positif terhadap performa seorang atlet di lapangan. Faktanya otak kita hampir tidak bisa membedakan latihan nyata dan latihan mental. Hubungan antar saraf di otak, dan di tubuh kita memiliki performa yang hampir sama baiknya.
Kelebihan visualisasi dan latihan mental terletak pada fleksibiitasnya. Latihan ini bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun, tanpa perlu takut dianggap “gila” oleh orang di sekitar Anda. Dan bahkan otak Anda akan “mengira” kalau Anda sudah pernah melakukannya berkali-kali. Jadi ketakutan akan hilang dengan sendirinya.
Saya berjanji untuk menjawab pertanyaan pada judul artikel ini. Apakah gugup atau takut saat public speaking itu normal? Jawabannya singkatnya adalah TIDAK NORMAL. Jawaban panjangnya: “tergantung” pada definisi normal yang Anda yakini.
Jika definisi normal yang Anda gunakan adalah: suatu hal yang terjadi pada banyak orang atau hampir semua orang, maka Anda sudah tahu bahwa takut saat public speaking memang “mainstream”. Namun jika Anda berpatokan pada produktivitas, efektivitas, dan target kesuksesan, maka takut dan gugup saat public speaking adalah perilaku yang tidak normal.
Meskipun demikian jangan serta merta membenci respons gugup dan takut tersebut. Jika kita mampu mengubah hal tesebut menjadi energi positif, maka hasilnya akan sangat positif.